Malas Gosok Gigi Sebabkan Disfungsi EreksiKETIKA melihat gigi di cermin, kebanyakan dari kita hanya memikirkan penampilan. Lebih penting adalah memerhatikan kesehatan gusi kita.
Penyakit gusi tak kalah menyakitkan dari sakit gigi. Seperti halnya bau mulut dan sakit gigit, sakit gusi juga dihubungkan dengan kondisi mulai dari penyakit jantung, keguguran, dan disfungsi ereksi.
"Penyakit gusi terjadi ketika plak menempel di gigi dan mengiritasi gusi sehingga terjadi peradangan," kata Dr Nigel Carter, chief executive British Dental Health Foundation.
"Tanda awal biasanya pendarahan di antara satu atau lebih gigi dan sering kali tidak ada gejala lain hingga bertahun-tahun kemudian gigi mulai goyah dan akhirnya tanggal," imbuhnya.
Tahap awal penyakit gusiketika gusi meradang dan terjadi pendarahandikenal sebagai gingivitis.
"Dokter gigi dapat melihatnya lewat perubahan warna gusi dari merah muda menjadi gelap, tapi kebanyakan orang tidak mampu melihatnya," lanjutnya.
Penyakit gusi dapat menyerang siapa pun dari segala usia, tetapi sangat lazim di kalangan usia lanjut karena mereka memroduksi lebih sedikit air liur sehingga bakteri lebih mudah menempel di gigi. Perokok, diabetesi, dan wanita hamil juga berisiko lebih tinggi. Faktor genetika turut berperan.
Kondisi ini dapat dicegah dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari selama masing-masing dua menit. Lantas, bagaimana kalau kita malas menggosok gigi? Berikut dampak buruknya, seperti diulas Dailymail.
Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi dikaitkan dengan kesehatan gusi buruk. Awal tahun ini, peneliti India melaporkan bahwa semakin buruk penyakit gusi, semakin buruk masalah ereksi.
Penelitian lain telah menegaskan bahwa penyakit gusi dapat menghalangi produksi bahan kimia yang disebut nitric oxide, yang fungsinya merenggangkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke Mr P. Para peneliti mengatakan, peradangan yang diproduksi oleh penyakit gusi dapat mengurangi kadar nitric oxide.
Kehamilan tertunda
Para peneliti di Australia menemukan bahwa jika seorang wanita memiliki penyakit gusi, ini akan mengurangi kemungkinannya untuk hamil rata-rata dua bulan lebih lama dibandingkan wanita dengan gigi dan gusi yang sehat.
Teorinya, bakteri yang menyebabkan penyakit gusi bisa memicu peradangan di lapisan rahim sehingga sulit bagi telur yang telah dibuahi untuk tumbuh di rahim.
Penyakit gusi juga berdampak pada perselinan; risiko kelahiran prematur maupun keguguran. "Peradangan pada gusi memicu produksi bahan kimia (seperti prostaglandin) yang merangsang persalinan," kata Dr Nigel.
Radang sendi
Orang dengan masalah rheumatoid arthritiskondisi tak tersembuhkan yang menyebabkan sendi menjadi panas dan meradangdelapan kali lebih mungkin memiliki penyakit gusi daripada orang yang sehat.
"Bakteri dari gusi mensekresikan protein dan protein ini meminta respons dari sistem kekebalan tubuh yang menyerang arthritis," jelas Dr Paola De Pablo, rheumatologist Universitas Birmingham.
Bronkitis
Awal tahun ini, sebuah studi dalam Journal of Periodontology menemukan hubungan antara infeksi pernapasan dan penyakit gusi. Para ilmuwan memelajari 100 orang dengan penyakit pernapasan seperti bronkitis dan 100 orang yang tidak memiliki riwayat penyakit pernapasan.
Kesehatan gigi mereka diperiksa. Hasilnya, kelompok respoden dengan sejarah penyakit pernapasan memiliki kesehatan gusi lebih buruk daripada kelompok tanpa riwayat penyakit pernapasan.
Diperkirakan, bakteri yang berkumpul di kantong sekitar dasar gigi dapat menyebar ke paru-paru dalam setiap udara yang dihirup, ini menyebabkan infeksi atau membuat kondisi paru-paru memburuk.
Penyakit jantung
Penyakit gusi menggandakan kesempatan Anda terkena penyakit jantung koroner. Sebuah studi di Skotlandia pada 2010 meneliti 11.000 orang yang menemukan bahwa menyikat gigi kurang dari dua kali sehari meningkatkan risiko Anda mengalami penyakit jantung.
Alasannya ketika gusi meradang, bakteri bocor ke dalam aliran darah hingga menyebabkan peradangan dan kerusakan di pembuluh darah yang mengarah ke penyakit jantung. Diperkirakan pula, bakteri secara langsung dapat menyebabkan infeksi pada katup jantung.
"Jika seorang pasien akan dioperasi katup jantung, kami akan mengatasi penyakit gusinya terlebih dahulu untuk mengurangi risiko infeksi sekunder," tambahnya.
Diabetes
Penyakit gusi dapat meningkatkan gejala diabetes tipe 2. Pada 2010, peneliti Universitas Edinburgh mengulas tujuh studi sebelumnya dan menyimpulkan bahwa mengobati penyakit gusi dan mengurangi peradangan di sekitar gigi akan membantu mengurangi komplikasi beberapa kondisi termasuk masalah mata.
Diperkirakan, peradangan pada mulut menyebabkan perubahan kimia yang membuat insulin menjadi kurang efektif. Karena itu, mengobati penyakit gusi dapat membantu kadar gula darah kembali normal dan menghentikan risiko komplikasi jangka panjang.Semoga menambah wawasan kita semua